Batas. Membatasi. Apakah membatasi berarti mengekang? Mengekang kebebasan? Jurang dengan batas tepi, apakah mengekang? Atau justru menjaga? Pintu palang kereta api, mengekang atau menyelamatkan? Marka jalan, membatasi kebebasan?
Saya, termasuk yang terbantu oleh marka jalan. Terutama pada jalan-jalan yang lebar. Atau saat dalam perjalanan malam. Tanpa marka, saya gampang terlena. Dengan marka, saya akan terpandu ke jalan(an) yang benar.
Jadi, marka jalan bukan pengekang. Dia adalah batas minimal agar kendaraan tidak liar. Sebab jika di jalanan kendaraan bebas lepas, dia akan membahayakan kendaraan lain, juga diri sendiri.
Lalu bolehkan kita melarang balita memegang api? Boleh, dan harus. Meski membatasi, tapi larangan itu menyelamatkan. Tangan balita akan terbakar jika kita tidak melarangnya.
Dengan analogi seperti itu kita berpikir positif tentang batas. Dalam batas ada kemerdekaan. Seperti pernikahan. Ada yang tadinya boleh menjadi tidak boleh. Tapi di sisi lain, yang awalnya tidak boleh menjadi boleh.
Dalam terminologi agama, batas disebut syariat. Ada halal, ada haram. Dalam terminologi lain, batas disebut hukum. Ada yang boleh dan ada yang tak boleh.
Tanpa batas, tanpa syariat, tanpa hukum, tatanan masyarakat akan kacau. Manusia bisa seenaknya, sekehendaknya. Korupsi adalah salah satu contohnya.
Atau, bayangkan jika seseorang boleh mengawini siapa saja, sesukanya, tanpa batas, tanpa nilai. Maka bukan saja seorang lelaki akan “mengawini” sesama lelaki, lebih jauh dia akan “mengawini” makhluk spesies lain.
Jangan apriori pada batas! Dia justru menyelamatkan. Semoga!
Sidojangkung, 9 Pebruari 2016
Mohammad Nurfatoni
Sumber ilustrasi rambu: http://www.warnet-family.com/2013/04/jenis-jenis-marka-jalan.html