inci 1

Dunia Dibungkam Terorisme Israel

Jalur Gaza terkoyak. Lebih dari lima ratus warga Palestina tewas, seratus di antaranya adalah anak-anak. Ribuan warga sipil lainnya terluka. Rumah dan gedung, termasuk masjid, kampus, dan rumah sakit hancur berantakan. Ribuan pengungsi siap merana.

Israel secara barbar menyerang tanah Palestina itu dari berbagai penjuru. Setelah menjatuhkan berton-ton bom dari udara, mereka juga merengsek masuk lewat darat yang dibuka dengan tank-tank dan serangan dari laut dengan menurunkan pasukan marinirnya.

Dunia berduka, juga marah. Tapi itu baru teriakan di jalan-jalan oleh mereka yang masih punya hati nurani. Demonstrasi bukan saja terjadi di dunia Islam seperti Indonesia, Iran, atau Malaysia, melainkan juga dari belahan bumi lainnya: Meksiko, India, dan Nepal.

Tapi pemerintah Israel memang kepala batu. Kutukan berjuta umat manusia sama sekali tidak menyurutkan langkah mereka. Rupanya Israel sadar betul bahwa dirinya sedang dalam posisi yang kuat. Bukan saja karena memiliki persenjataan yang hebat, melainkan juga dukungan dari sekutunya Amerika Serikat (AS).

AS tidak hanya memberi restu politik dan pencitraan isu, melainkan juga pasokan dana dan senjata. Dan yang tak kalah penting, Dewan Keamanan PBB pun berhasil dikurung AS dengan veto-nya sehingga tak berdaya untuk membuat resolusi penghentian kebrutalan Israel.

Maka, di zaman yang sering diklaim beradab ini, kita bisa menyaksikan Israel dengan brutal dan leluasa menghajar Palestina, sebuah bangsa berdaulat pemilik sah Jalur Gaza, Tepi Barat, juga tanah Palestina lainnya yang telah diduduki Israel sejak tahun 1948. Tidak ada resolusi dari DK PBB atau sanksi dari AS dan negara Barat lainnya terhadap Israel, seperti yang pernah mereka berikan pada Iraq, yang pada tahuan 90-an menyerang Kuwait.

Memang, dunia sama sekali tak berdaya. Bukan hanya PBB yang banci. Liga Arab, Organisasi Konferensi Islam (OKI), juga negara-negara yang mengklaim dirinya sebagai anti-penjajahan, anti-kekerasan, anti-pelanggaran HAM, atau pro-perdamain tak terlihat secara serius berbuat untuk menolong Palestina.

Bantuan kemanusiaan, berupa pengiriman obat-obatan dan makanan memang telah diberikan oleh beberepa negara, termasuk Indonesia. Tetapi itu menjadi ironi, jika gempuran tentara Israel tidak dihentikan. Ibaratnya, Israel yang melukai dan menghancurkan, baru kemudian korbannya ditolong ramai-ramai.

Isu Gombal Terorisme
Serangan barbar Israel terhadap Palestina ini, sebenarnya membuka kesadaran kita tentang kebenaran isu global terorisme. Sungguh ironis. Hamas yang berjuang untuk kemerdekaan Palestina justru dituduh Israel dan AS sebagai gerakan teroris dan karena itu, sebagai konsekuensinya, harus dihancurkan.

Sementara Israel, juga AS, sebagai penjajah, justru memposisikan diri sebagai pahlawan dunia, dan karena itu merasa berhak untuk berbuat apa saja: menyerang dan menghancurkan suatu negara atau kelompok dengan tindakan yang luar biasa merusaknya, dan sama sekali tidak sebanding dengan kerusakan kecil yang dituduhkan dilakukan oleh para “teroris”. Selain Palestina, Afghanistan dan Iraq adalah contoh yang tak terlupakan kehancuran sebuah peradaban oleh kebiadaban Israel dan AS sebagai negara teroris yang sesungguhnya.

Oleh karena itu banyak kalangan yang menentang kampanye terorisme yang didengungkan AS dan sekutunya itu. Jangan heran jika perlawanan terhadap AS dan sekutunya tidak pernah padam seperti sering terjadinya bom “bunuh diri” atau bom-bom lainnya terhadap kepentingan AS dan sekutunya, sekalipun tindakan ini dikutuk sebagai terorisme. Sebab ternyata terorisme hanyalah isu gombal demi agenda kepentingan ekonomi-politik AS dan sekutunya.

Hamas, Pejuang yang Jadi Korban
Hamas (Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah), adalah salah satu gerakan perlawanan atas penjajahan Israel pada tanah Palestina. Hamas didirikan pada 14 Desember 1987. Di samping memiliki sayap militer yang dikenal dengan Brigade Izz al-Din al-Qassam, Hamas juga merupakan jaringan berbagai organisasi lain yang mencakup asosiasi mahasiswa (Kutla Islamiyyah) pelayanan sosial (al-Mujamma al-Islam), Universitas Islam Gaza (al-Jami’ah al-Islamiyyah), bank Islam (bayt al-mal) dan partai Penyelamat Islam Nasional (Azyumardi Azra, 2009).

Dengan berbagai jaringan itu, Hamas memberikan berbagai bantuan pelayanan sosial-ekonomi-hukum kepada masyarakat Palestina. Tak heran jika kemudian Hamas sangat dekat dan mendapat tempat di hati rakyat Palestina. Maka sangat logis jika pada 25 Januari 2006 Hamas memenangkan pemilu legislatif Palestina, dan karena itu berhak membentuk pemerintahan.

Sayangnya pemerintahan pimpinan Hamas tidak pernah efektif. Tidak lain dan tidak bukan karena Israel, juga AS dan Barat, merasa takut akan semakin dominan dan kukuhnya kekuatan Hamas. Maka berbagai cara dilakukan oleh Israel yang didukung AS dan sekutunya membonsai Hamas.

Sebelumnya, pada tahun 1992, Israel mengasingkan 400 pemimpin dan intelektual Hamas ke sebuah puncak bukit di Lebanon Selatan. Pada 22 Mei 2004, atas perintah PM Ariel Sharon, militer Israel membunuh pendiri dan pimpinan Hamas, Syaikh Ahman Yassin. Penggantinya, Dr Abd al-Aziz Rantisi, juga dibunuh Israel pada 17 April 2004.

Israel, As, dan Barat bukan saja menolak mengakui pemerintahan Hamas, melainkan juga memboikot secara ekonomi-politis. Bahkan faksi lain pejuang Palestina warisan Yasser Arafat, Al- Fatah, yang selama ini dominan (dibuat) berhadap-hadapan dengan Hamas. Berbagai upaya dilakukan Israel dengan dukungan AS dan Barat agar pemerintahan Hamas yang sah dan lejitimet itu digulingkan. Upaya itu sebagian berhasil, meski pada akhirnya Hamas dapat mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza pada Juni 2007.

Serangan ke Jalur Gaza, rupanya dicitrakan Israel dan AS sebagai serangan pada Hamas, dan bukan pada Palestina. Israel, AS dan sekutunya rupanya hendak membikin opini bahwa serangan itu sah, karena ditujukan pada kelompok, tepatnya pemerintahan, yang dituduh teroris. Para pejabat Israel dan AS secara bergantian mengatakan bahwa serangan itu adalah upaya melumpuhkan Hamas sebagai kelompk teroris.

Taktik licik ini berhasil mengecoh sebagian besar pimpinan dunia, dengan bukti lemahnya tekanan mereka pada sang agresor Israel. Negara-negara Arab yang sebenarnya punya pengaruh, diantaranya Mesir, juga Saudi Arabia, tidak banyak berbuat. Malah pemerintah Mesir sempat diberitakan menutup perbatasan bagi pengungsi Palestina.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas pun seolah membiarkan Jalur Gaza, salah satu bagian negerinya sendiri, diporak-porandakan oleh Israel. Tidak terlihat perlawanan yang dilakukan oleh militer “resmi” Palestina atas komando Abbas dalam membela rakyatnya yang diserang membabi-buta di Jalur Gaza itu. Sungguh sebuah ironi.

Jadi, dunia kini sedang dibolak-balikkan oleh opini hegemoni AS dan sekutunya. Hamas yang dianiaya, didzalimi, dihancurkan, dan hampir dimusnahkan bersama rakyat Palestina di Jalur Gaza dibiarkan begitu saja oleh mayoritas para pemimpin dunia, hanya karena mereka takut dituduh mendukung teroris! Ah, dunia memang sedang terbalik! Maka, pertanyaan pentingnya, akankah Israel tetap kita biarkan leluasa menghancurkan dan kemudian mencaplok Jalur Gaza, juga Palestina secara keseluruhan? [*]

Sidojangkung, 4 Januari 2009
Mohammad Nurfatoni, demonstran anti-terorisme Israel-AS
Dimuat Majalah “Muslim” Edisi Januari 2009

7 komentar

  1. perundingan apapun gak kan jadi solusi selain israel harus pergi dari tanah palestina..yahudi israel=AS alis AGRESI SETAN….

    Suka

  2. jangan sembarangan donk mengatakan ISRAEL itu teroris, jangan cuma ngomong.

    dasar konfliknya aja belum pasti anda tahu, apalagi kita bersumber dari sejarah lewat alquraan (anda tau ga isinya apa), pasti teori anda salah untuk mengatakan israel itu teroris. menurut arti terorist itu sendiri, malah anda yang sebagai terorist, membicarakan permasalahan orang lain tanpa tahu permasalahanny. membela salah satu pihak karena politik orang lain berarti itu bodo………..

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s