Irak, Nestapa Tak Berujung

Sebanyak 3200 serdadu Amerika Serikat telah tiba di Baghdad pertengahan Januari 2007. Mereka merupakan rombongan pertama dari 21.500 pasukan tambahan yang dikirim ke Baghdad, melengkapi 137.000 serdadu yang masih bertahan di Irak.

Kebijakan penambahan pasukan perang ini oleh George W. Bush dimaksudkan sebagai formulasi strategi baru untuk penyelesaian Irak yang terus bergolak sejak keputusan invasi ke Irak Maret 2003. Bahkan Bush menyebut formulasi ini sebagai “misi yang jelas, spesifik dan akan tercapai”.

Tepatkah, atau benarkah formulasi Bush itu? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya kita me-review kembali alasan yang melandasi keputusan pendudukan Bush ke Irak.

Pertama, Irak menyimpan senjata pemusnah massal; kedua, karena Irak atau Presiden Saddam Hussein mempunyai jaringan resmi dengan Al Qaeda, dan ketiga keinginan Bush untuk menegakkan demokrasi ala Amerika di Irak.

Mengutip M. Amien Rais, alasan yang dikemukakan Bush di atas ternyata bertumpu pada dua kebohongan dan satu ilusi bodoh. Sebab, sampai saat ini tidak pernah terbukti bahwa Irak mempunyai senjata pemusnah dan memiliki hubungan dengan Al Qaedah. Inilah kebohongan besar Bush. Sedangkan ilusi bodoh itu adalah membayangkan demokrasi ala Amerika dapat ditegakkan di Irak lewat pendudukan militer.

Kini dua kebohongan berat dan ilusi bodoh itu telah membawa kehancuran total bagi Irak. Eksodus pengungsi Irak adalah yang terbesar sepanjang sejarah Timur Tengah. Menurut UNHCR, sekitar 1,7 juta orang menjadi pengungsi dalam negeri, sedangkan sekitar 2 juta orang lainnya mengungsi ke Suriah, Jordania, Mesir, dan Lebanon.

ParaPara pengungsi yang berjumlah sekitar 3,7 juta orang itu hidup secara mengenaskan. Demikian juga 22 juta rakyat Irak yang belum mengungsi dibalut dengan rasa takut, bahkan selalu waswas disambar maut akibat keganasan perang saudara antara kaum Sunni dan kaum Syiah. Perang saudara yang diciptakan dan diprovokasi oleh politik imperialisme Bush.

Para epidemiolog Universitas Johns Hopkins dengan dibantu sejawat mereka di Irak, lewat teknik cluster sampling, berkesimpulan bahwa pendudukan militer Amerika Serikat (AS) itu telah menelan korban 655.000 rakyat Irak. Sekitar 600.000 mati akibat keganasan perang, sedangkan sisanya karena penyakit dan musibah yang lain.

Bukan itu saja! Laporan The UN’s International Leadership menunjukkan 84 persen lembaga pendidikan tinggi telah hangus, hancur, atau dijarah. Museum-museum arkeologi, tempat-tempat bersejarah, berbagai perpustakaan dan arsip telah banyak musnah. Para akademisi, wartawan, profesional, dan tokoh-tokoh masyarakat serta para dokter yang dibutuhkan justru dibunuh atau dianiaya.

Fakta-fakta di atas bukan saja menunjukkan bahwa pendudukan militer Amerika dan sekutunya tidak akan pernah menghasilkan sistem demokrasi seperti yang diinginkan Bush, melainkan justru menjadikan Irak sebagai “neraka dunia”.

##

Kembali pada pertanyaan di awal tulisan ini, benarkah formulasi Bush dengan menambah pasukan perang sebagai penyelesaian konflik Irak yang berkepanjangan?

Tidak sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pada akhir Januari 2007, dua bom meledak di distrik New Baghdad, menewaskan sedikitnya 15 orang dan mencederai 50 orang. Dilaporkan pula terjadi penculikan terhadap 8 orang pegawai perusahaan komputer di Baghdad.

Satu fakta ini saja sudah cukup menjadi jawaban bahwa penambahan pasukan perang Amerika bukanlah solusi yang cerdas, justru ia akan menjadi “minyak perang” yang memperbesar dan memperlama kobaran api pertikaian. Maka nestapa rakyat “bekas negeri 1001 malam” ini tak akan pernah berujung.

Sementara di pihak Amerika sendiri biaya imperialisme Bush di Irak mulai mengguncang ekonomi AS. Sampai akhir tahun 2006, Pemerintah Amerika telah mengeluarkan sekitar 400 miliar dollar AS. Jika biaya pengobatan, pemulihan, dan uang kompensasi bagi puluhan ribu serdadu dan lain sebagainya ikut dihitung, biaya perang dan pendudukan Irak itu melampaui 1 triliun dollar AS.

Di samping itu, sejumlah serdadu Amerika yang tewas sudah melampaui angka 3.000 orang, yang luka-luka 25.000, dan 10.000 di antaranya luka berat, invalid, dan sebagainya

Lantas apa yang dicari Bush?

Melihat penderitaan yang demikian memuncak yang dialami oleh para korban perang Irak itu, banyak yang mengatakan bahwa Bush telah menghadirkan sebuah holocaust di awal abad ke-21. Sejumlah tokoh Pentagon bahkan mengatakan ada kemiripan antara Bush dan Caligula, kaisar Romawi ketiga. Mirip karena keduanya arogan, narcisis, dan melakukan petualangan militer yang menggoyahkan sendi-sendi peradaban demi kebesaran kosong tanpa makna.

Maka, bila Saddam digantung karena bertanggung jawab atas kematian 148 orang Kurdi, kira-kira apa yang seharusnya diterapkan Bush dan sekutunya yang telah menghancurkan kemanusiaan dan peradaban di Irak?

(Mohammad Nurfatoni, dari berbagai sumber)

[dimuat di Majalah Muslim, Edisi 2, Pebruari 2007]

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s